MENGENAL SOSOK MBAH MULYADI
Berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo tidak lepas dengan Mbah Mulyadi. Mbah Mulyadi merupakan sosok yang memberi pengaruh besar terhadap suksesnya Abah K.H. Ghufron (Gus Mbodo), pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo sampai sekarang. Mbah Mulyadi terlahir dari pasangan Mbah Kardi Ronodikromo dan Mbah Narmi di Dusun Menggungan, Desa Genuksuran, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Mbah Mulyadi menikah dengan Mbah Satiyem dan memiliki dua seorang putra. Putra pertama beliau adalah Abah Muchamad Ghufron (Gus Mbodo) dan putra kedua beliau Gus Ahmad Nur Sholikin (Gus Ganung). Mbah Mulyadi merupakan seorang petani yang memiliki kecintaan kepada alim ulama dan aktif dalam kegiatan keagamaan.
Dari kecintaannya itulah Mbah Mulyadi membesarkan anak-anaknya dengan bekal ilmu agama sejak dini hingga keduanya berhasil menjadi tokoh pemuka agama saat ini. Mbah Mulyadi adalah sosok pribadi yang ramah dan mudah berinteraksi kepada sesama, murah senyum, dan tegas.Kesederhanaan ekonomi Mbah Mulyadi tidak menyurutkan semangat untuk terusmemperjuangkan anak-anaknya untuk menimba ilmu di pesantren. Jika hasil panen tidak menyukupi untuk membiayai pesantren maka Mbah Mulyadi mencari kebutuhannya dengan ikut membantu bekerja mengolah sawah orang misalnya dengan mengoperasionalkan mesin
traktor pembajak sawah. Bekerja dengan upah yang tidak seberapa, dikumpulkan sedikit demi sedikit dari jerih payahnya mengerjakan sawah dari satu desa ke desa lain dengan penuh kesabaran. Selain sibuk mengurus sawah, Mbah Mulyadi seringkali bersilaturahim kepada para ulama setempat untuk meminta berkah doa sekaligus wujud kecintaannya kepada agama. Bentuk kecintaan kepada alim ulama adalah keyakinan barokah dengan
bersalaman dan memandang wajah orang sholeh dengan penuh kasih sayang. Menurut informasi dari kerabat, semasa hidup Mbah Mulyadi juga antusias mengikuti pengajian umum di desa sekitar maupun diluar daerah desa yang jauh meskipun badan keadaan lelah Mbah Mulyadi tetap menghadiri pengajian dengan semangat. Dari situlah Mbah Mulyadi ingin mencetak putranya menjadi tokoh dengan mengabdikan diri kepada agama.
Kesuksesan putra-putra beliau tak lepas dari dukungan material maupun non material.
Peran doa dari Mbah Mulyadi dan Mbah Satiyem serta berkah doa dari para alim ulama, Gus
Mbodo maupun Gus Ganung sekarang berhasil mewujudkan cita-cita keinginan dari sang
ayah. Amalan yang istiqomah dilakukan Mbah Mulyadi semasa hidupnya adalah senantiasa
berbuat dermawan, suka bersilaturahim, dan mengamalkan wirid Al-Fatihah di tengah malam
yang dilakukannya dari depan rumah.
Pendirian Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo dinisbatkan kepada Mbah
Mulyadi dari hasil sowan kepada kiai agar menerima santri yang ingin menimba ilmu agama
kepada Abah Ghufron. Berbagai motivasi dan dukungan internal kepada Abah Ghufron dari
ayahnya tersebut, kini Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo semakin berkembang
dengan dinamika yang dilaluinya. Mbah Mulyadi wafat pada hari Selasa Legi pada tanggal 01
Juli 2014 dimakamkan di sekitar kompleks Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo.
Meskipun Mbah Mulyadi telah meninggalkan dunia, namun jiwanya, jasanya, cita-citanya,
kasihnya, tetap ada di Darul Falah Ki Ageng Mbodo. Pesan Mbah Mulyadi untuk kita semua
yaitu “dadi wong ojo seneng ngerepotasske” (jadi orang jangan suka merepotan).